Dalam sebuah perbincangan hangat dan santai saat makan siang guru saya bercerita singkat tentang bagaimana negara-negara yang mengambil andil dalam menegakkan dan memperjuangkan kebenaran di muka bumi akan ditolong Allah, sambil memberi contoh perjuangan Inggris dan Amerika dalam membasmi perbudakan dari muka bumi.
Kemudian cerita beralih ke ayahanda beliau yang seorang dokter. Dari awal beliau praktek tidak pernah menerapkan tarif besar untuk pasien, bagi beliau dokter adalah sebuah pengabdian, pasien pun tidak jarang mengganti jasanya dengan hasil bumi atau ternak mereka yang ada. Namun itu tidak membuat kehidupan mereka sulit, bahkan sebaliknya gudang makanan mereka selalu berlimpah karena pasien yang datang jumlahnya banyak, bayangkan saat membuka pintu jam 4 dini hari pasien sudah antri untuk berebut nomor antrian.
Kebiasaan beliau menjalankan profesinya seperti itu kembali diteruskan saat beliau selesai menamatkan pendidikan sokter spesialis anak dan bertugas di sebuah kota kecil di Jawa Barat. Akibat menerapkan tarif yang jauh lebih murah dibanding koleganya, tidak sedikit teman sejawatnya yang menyerangnya secara pribadi dan bahkan hingga menggunakan ilmu hitam. Tapi semua itu tidak membuat semangat pak dokter yang mulia surut, beliau tetap menjalankan panggilan hatinya dengan ikhlas, dan justru banyak kemudahan yang Allah Ta'ala bukakan sepanjang jalan. Salah satunya ketika sang tetangga yang mempunyai rumah degan tanah yang sangat luas menjual rumahnya dengan harga yang sangat rendah dan hanya ingin dibeli oleh sang dokter dermawan ini.
Guru saya berpesan bahwa kalau kita berniat menolong orang, menolong agama Allah, pasti Dia akan memberikan bimbingan dan pertolongannya dalam hidup. Jangan kuatir. Jadi kita harus lebih mengkhawatirkan hati kita yang niatnya melenceng kemana-mana selain kepada Allah...
(Bandung, 9 Desember 2013. 9.14 am)