Wednesday, July 24, 2013

Jangan Dibuat Pusing Oleh Keadaan

Alam dunia yang kita tempati untuk sementara sekarang konon adalah alam ciptaan yang paling jauh dari cahaya-Nya. Sebagaimana titik yang paling jauh dari sumber cahaya menerima cahaya yang paling sedikit, maka dunia ini adalah area dimana kegelapan mulai muncul. Dalam tataran fenomena, kegelapan itu berbentuk sesuatu yang mengerikan; perang, pembunuhan, perkosaan, pencurian, dan segala macam tindak kekerasan lainnya. Adapun kita secara esensi bukan berasal dari alam ini. Jiwa kita yang merupakan hakikat dari keinsanan adalah penghuni alam malakut, tingkatan alam yang lebih dekat kepada sumber cahaya. Ada suatu masa ketika semua jiwa manusia berkumpul dan bersaksi di hadapan Sang Pencipta, bagi jiwa tiada yang dia lihat kecuali wajah-Nya, tiada yang lebih dia inginkan kecuali melakukan apa yang Dia kehendaki.

Tapi, Sang Maha Pencipta ingin memperkenalkan semua hal tentang diri-Nya, maka dilemparkanlah jiwa-jiwa manusia ke alam yang terjauh yang bernama alam mulkiyah, di planet indah yang kita kenal dengan planet bumi. Untuk bisa tinggal di bumi dan menyerap pelajaran yang tengah Dia gelar di alam bentuk-bentuk ini jiwa manusia dimasukkan ke dalam kendaraan yang disebut jasad, proses peniupan jiwa ke dalam jasad insan ini terjadi ketika janin berusia 120 hari dalam kandungan ibu.

Ketika manusia dilahirkan dalam pakaian raganya dan berinteraksi dengan dunia menggunakan segala indera jasadnya setelah sekian lama, manusia kerap lupa hakikat keinsanannya, karena jiwa biasanya lumpuh setelah sekian lama tidak digunakan di dalam jasad. Gejala kelumpuhan jiwa bisa terlihat dalam kegamangan dan kegalauan manusia menghadapi berbagai episode kehidupan, kebingungannya melihat fenomena yang berlawanan satu sama lain, keheranannya menyaksikan peristiwa-peristiwa brutal yang terjadi di sekitarnya. Akal otaknya memang terbatas untuk bisa mencerna sesuatu yang ada diluar fenomena fisik yang ada,segala kerumitan hidup, kebingungan, pertanyaan dan ketidakmengertiannya hanya akan membuat pecah kepalanya, karena memang akal otak punya keterbatasan, dan manusia sudah terlanjur lupa bahwa dia sebenarnya punya akal jiwa yang bisa diaktivasi untuk membaca kehidupan dengan lebih jelas.

Dunia akan selalu diwarnai oleh kegelapan, karena memang ia adalah titik yang terjauh dari ciptaan-Nya, sepanjang sejarah peradaban manusia akan selalu ada perpecahan, konfilk, peperangan, dan tindakan anarkis atau amoral lainnya. Ketahuilah ini dan terimalah, ini alam dunia bung! (begitu kalau kata orang-orang zaman pergerakan kemerdekaan dulu). Tentu bukan berarti kita pasif dan tidak peduli dengan sekitarnya, kita lakukan apa yang kita lakukan dengan apapun yang Allah mudahkan pada diri kita per hari ini, tapi sadarilah bahwa ada batas untuk itu semua, and we're not superhero. Biarkan Tuhan bekerja dengan caranya, yang penting lakukan kewajiban yang dekat dengan kita terlebih dahulu, orang tua kita, anak , kita, pasangan kita, tetangga, teman periksa satu-persatu apakah haknya masing-masing sudah dipenuhi? Kemudian baru kita beranjak ke lingkaran yang lebih luar, jika ada kemampuan dan kesempatan.

Tulisan ini terinspirasi oleh teman dekat saya yang dibikin gemas oleh salah satu ormas di tanah air yang bertingkah menyebalkan, juga oleh polah pejabat yang bikin sesak hati. Saya akui, membaca berita harian di tanah air memang bisa membuat stress, tapi dipikir-[ikir lagi, ngapain juga dibikin pusing oleh keadaan, semua berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya. Perkara akal kita yang masih terbatas untuk membaca kesatuan perwujudan semua ini, itu sesuatu yang perlu kita mohonkan kepada Allah Taála. Peduli dengan keadaan dan memberikan sumbangsih positif itu satu hal dan mencela orang dan keadaan tanpa memberikan solusi dan contoh yang baik dari dirinya sendiri pun suatu hal yang lain.

Jadi? Jangan terlalu dibuat pusing oleh kondisi sekitar, take easy...dan fokus melakukan amal sholih masing-masing. Berjuang mencari kehendak-Nya dalam hidup yang cuma sekali di dunia ini. Dan saya yakin, kalau setiap orang fokus memperbaiki dirinya masing-masing dengan pertaubatan yang baik, dunia akan berubah dengan sendirinya. Wallahua'lam

(Amsterdam,24 Juli 2013. 12.27 pm)

Tuesday, July 23, 2013

Berhenti berkata "Seandainya...."


"Bekerjalah terhadap apa saja yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah lemah.
Jika sesuatu terjadi padamu, maka janganlah katakan,'Seandainya aku melakukan hal ini, pasti akan terjadi ini dan itu'. Namun katakan, 'Allah telah menetapkan dan apa yang Dia kehendaki, maka Dia kerjakan'. Karena kata 'seandainya'itu membuka pekerjaan syetan.
(Rasulullah saw)

Manusia memang makhluk yang gampang berkeluh-kesah, rasanya sangat mudah menemukan seribu satu alasan untuk merasa menderita di saat ini dari mulai mengeluhkan kemacetan yang menyemut, cuaca panas terik atau hujan yang mengguyur, harga-harga yang melambung tinggi dsb dibanding mensyukuri setiap inci nikmat yang kita terima, mulai dari mata yang bisa melihat, bisa bernafas lancar, jantung yang masih berdenyut, keluarga yang Allah amanahkan, pekerjaan yang diberikan dan masih banyak lagi.

Manusia yang kuat itu ternyata bukan yang bisa mengangkat mobil seperti yang dilakukan Superman, bukan juga yang bisa menelan paku atau menahan nafas sekian lama di dalam air, berdasarkan hadis Rasulullah di atas, manusia yang kuat adalah mereka yang mengerjakan apa-apa yang bermanfaat yang Allah berikan dalam genggamannya, mereka yang pantang berputus asa atas rahmat-Nya, yang tidak lelah memohon pertolongan-Nya dan tidak berandai-andai menunggu 'hujan emas'. Mereka yang tetap tersenyum dalam hati melalui segala bentuk macam fenomena kehidupan yang Allah takdirkan, dalam kekurangan, kelebihan, kesenangan, penderitaan, remuk redamnya hati, kesepian, kegagalan hidup, kekecewaan, semua fenomena itu tidak dibiarkan mengoyak imannya kepada Dia Yang Maha Kasih.

Kiranya jitu sekali tips sang baginda Rasulullah yang mengajarkan untuk tidak menggunakan lisan kita berandai-andai, karena apa-apa yang terucap dari lisan adalah cerminan kondisi hati, dengan demikian Rasulullah sedang mengajarkan menyeka hati kita agar senantiasa mengkilau dengan sinar kebersyukuran kepada-Nya. Berandai-andai sesuatu apalagi mengeluhkan hal yang terjadi tidak akan merubah keadaan melainkan menambah dongkol hati. Lebih ringan rasanya menerima hal apa adanya tanpa harus dilabeli 'baik-buruk', 'kurang-lebih'atau seandainya aku begini pasti akan begini...Saatnya berhenti berandai-andai.

(Amsterdam, 23 Juli 2013.10.52 am)

Saturday, July 20, 2013

Tentang Sakinah

Biasanya kata "Sakinah"ini sering terdengar sebagai salah satu doa yang dipanjatkan kepada penganti baru atau mereka yang merayakan anniversary, 'semoga menjadi rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah', artinya apa? pokoknya bagus doanya, begitu jawab saya dulu setengah ngasal, lama-lama belajar agama sedikit-sedikit ternyata kata 'sakinah' mengandung arti yang sangat dalam dan bukan sekadar berarti ketentraman.

Dalam Bahasa Arab, sakinah berasal dari kata 'sukun'yang artinya damai atau ketentraman.
Al Qurán menyebutkan beberapa kali kata sakinah sbb:

Dialah yang telah menurunkan sakinah ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka...(QS Al Fath [8]: 4)

Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, lalu Dia memberikan sakinah atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat. (QS Al Fath: 18)

Dalam khasanah Yahudi, dikenal juga shekinah yang berarti kehadiran Tuhan di bumi, yang senada dengan arti kata sakinah dalam bahasa Arab karena kehadiran-Nya bisa memberikan ketenangan. Namun ketenangan yang berkaitan dengan kehadiran-Nya itu seperti apa? Tentulah hal sakinah dalam hal ini berkaitan dengan cara kita menjalani hidup yang sesuai dengan tuntunan-Nya Yang menciptakan kita. Jadi ketenangan sejati adalah ketenteraman sejati yang dirasakan di hati yang paling dalam, suatu keteguhan hati yang jauh dari kebimbangan hidup, saat hidup dalam tuntunan-Nya.

Bertentram-tentram dalam gelimang syahwat dan hawa nafsu dalam hal ini tentu bukanlah sakinah. Dalam konteks kehidupan rumah tangga. Pasangan yang tampaknya adem ayem tak ada masalah, kondisi finansial lebih dari cukup dan semua terpenuhi, belum berarti hidup dalam sakinah apabila rumah tangga itu tidak dibangun dalam rangka ketaatan kepada-Nya.

Ada hubungan yang dalam antara manusia dengan pencipta-Nya yang membuat manusia selalu mencari jalan untuk mendekati-Nya, suatu ruang hampa dalam diri yang hanya bisa dipuaskan oleh-Nya, orang bisa menamakan proses pendekatan itu dengan nama agama, spiritual, meditasi, kontemplasi dsb.
Its the primal longing of the heart...

(Amsterdam, 18 Juli 2013. 6.57 am)

Tuesday, July 16, 2013

Menerima Rasa Sakit

...rasa sakit itulah yang akan mengeluarkan seseorang dari hijab bangga diri...
- Jalaluddin Rumi

Suatu ketika seorang guru sufi ditanya, "Mengapa ada rasa sakit di dunia ini? Apa gunanya?"
Sang guru menjawab, "Karena dengan rasa sakit itu hatinya menjadi terbuka"
Sakit yang dirasakan sebenarnya bukan berasal dari hati akan tetapi dari selubung hati yang sudah sekian lama menempel dan mengerak di hati, sedemikian lekatnya hingga proses peluruhannya pun terasa amat sakit.

Allah Ta'ala sudah merancang beberapa kejadian menyakitkan untuk menghidupkan hati yang membatu. Kehidupan yang nyaman seolah tak ada masalah memang cenderung membuat manusia lalai dan khilaf akan sejatinya hidup. Maka sekali waktu biasanya Dia memberikan shock therapy, sebagai tanda bahwa Dia sayang terhadap hamba-Nya, karena Dia ingin semua hamba-Nya kembali membawa hati yang tenang (nafs muthmainnah). Fenomenanya bisa macam-macam; diputus tunangan, konflik rumah tangga, kehilangan anak, kematian pasangan hidup, di-PHK dari pekerjaan, proyek yang gagal, ditipu teman, sulit mencari kerja, terbelit hutang, dan seribu satu macam fenomena lahiriah yang membelit kita.

Selama seseorang masih merasa digjaya dalam kehidupan, merasa sukses dan pintar, kemudian hanyut oleh sanjungan orang, dia akan cenderung menjadi manusia yang bangga diri. Kasus seperti ini didemonstrasikan secara fenomenal oleh Firaun yang mengatakan dengan lantang "Aku adalah Tuhan!" Seseorang tentu akan menolak mentah-mentah jika disamakan dengan Firaun, tapi unsur bangga diri yang sama yang menyelinap dalam hati seseorang adalah hijab hati yang sama yang membuatnya enggan untuk bersujud pada-Nya dengan segala kerendahan diri sebagai hamba.

Oleh karenanya perlu untuk diberikan hantaman dalam kehidupan sesekali waktu supaya seseorang tidak lalai. Maka perkara apapun yang kita rasakan sakit dalam menjalaninya sebenarnya adalah pil pahit yang berfungsi sebagai obat bagi hati kita yang masih diselimuti racun penyakit. Terima dan jalani saja dengan hati yang lapang.

The only rule is, suffer the pain...
- Rumi

(Amsterdam, 17 Juli 2013. 12.59 am)

Wednesday, July 10, 2013

Pengalaman Mengenakan Jilbab di Eropa


“Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta para wanita kaum beriman agar mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al Ahzab: 59)

Awalnya saya sempat ragu untuk tetap menggunakan jilbab saat pertama kali berkunjung ke Eropa, mendengar cerita tentang perlakuan kurang menyenangkan kepada beberapa wanita muslim yang mengenakan jilbab di negara-negara tertentu sempat membuat hati saya ciut. Akan tetapi saya teringat pesan guru saya untuk senantiasa meneguhkan hati untuk ‘menolong agama-Nya’, maka dengan berucap bismillah dan berdoa kiranya Dia juga berkenan menolong, maka terbanglah saya tahun 2011 ke Eropa, berkeliling ke Belanda, Belgia dan Jerman. Dan Alhamdulillah apa yang saya takutkan tidak terjadi, bahkan saya mendapatkan pengalaman yang menyenangkan.

Belgia, Belanda dan Jerman ternyata merupakan negara yang cukup banyak dihuni oleh imigran muslim, ketika saya berjalan-jalan di Grand Place Brussels atau Winkelcentrum Amsterdam beberapa kali orang menyapa saya dengan ‘Assalaamu’alaikum’ diiringi senyuman yang hangat.

Saat saya hendak membeli makanan, beberapa kali di beberapa tempat berbeda saya diingatkan oleh penjualnya tentang mana makanan yang mengandung babi.

Ketika saya dan suami sedang berjalan kaki di malam hari di pertokoan kota Leiden, seseorang mendekati suami saya yang berjalan beberapa meter di belakang dan menawarkan narkoba. Begitu melihat respon saya yang langsung mendekat, dia segera menyadari bahwa kami bersama-sama dan berkata “Oh, you are muslim! Sorry…sorry…” lantas dia langsung melangkah menjauh dan meninggalkan kami terkaget-kaget sendiri.

Ternyata mengenakan jilbab di Eropa tidak semenakutkan yang saya bayangkan, bahkan di area-area tertentu dimana banyak imigran Muslim bermukim, kita akan sering berpapasan dengan wanita dari negara lain yang mengenakan jilbab.

Model jilbab yang saya pakai (jilbab langsung pakai) yang termasuk salah satu model jilbab yang nge-trend di tanah air – ternyata disukai oleh teman-teman saya yang merupakan orang asli Eropa, kata mereka “It’s nice, looks like a hat!”

 (Amsterdam, 12 Juli 2013. 3.06 am)

Menghormati (juga) Orang Yang Tidak Berpuasa

"Jalan menuju Tuhan sebanyak jiwa (nafs) hamba-hambaNya"

Saya percaya setiap orang mempunyai ritme-nya masing-masing dalam mengenal Tuhan.
Bahwa ada kebaikan dalam setiap penggal kejadian hidup yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa.
Bahwa masing-masing jiwa punya kadar 'tidur' yang berbeda-beda dalam hidup. Seperti yang seorang bijak pernah katakan "Don't wake up a sleeping person".
Dan bahwa setiap orang dan setiap atom di alam semesta ini - tanpa kecuali- ada dalam genggaman Kuasa-Nya.

Adalah ketetapan-Nya juga bahwa dunia diisi oleh beragam keadaan manusia. Ada yang beriman ada yang tidak, ada yang rajin beribadah ada yang tidak, ada yang nyebelin ada yang baiknya ngga ketulungan, you name it. Nah, karena ini edisi tulisan bulan Ramadhan, maka kita tulis juga, ada yang puasa ada yang tidak. Perbedaan keyakinan itu hal yang biasa, adapun menyikapi perbedaan ini yang kadang menjadi luar biasa (maksudnya luar biasa lebay) :D

Rasulullah saw sebagai suri tauladan mencontohkan bagaimana beliau bersifat menghormati dan mengayomi kepada mereka yang berbeda keyakinan. Tidak pernah beliau mengucapkan kata-kata kasar atau mencacinya, bahkan tercatat dalam sejarah kedamaian dan ketentraman menyebar di bumi mana beliau berada, misalkan perdamaian yang beliau sebarkan di negeri Medinah yang sebelumnya selalu terjadi perseteruan antara kaum Muslim, kaum Quraisy serta kaum Yahudi.

Ya, 'mengayomi dan menghormati', malah sepatutnya bukan hanya dilakukan dalam tataran fisik (senyum manis, haha-hehe, pis ah! kinda thing) tapi juga menjaga hati dari merasa diri lebih baik, menganggap orang lain berdosa dan menganggap remeh. Kita hormati proses yang sedang Allah Ta'ala jalankan kepada setiap orang.

*sambil nyanyi 'jagalah hati jangan kau nodai...'*

(Amsterdam, 11 Juli 2013. 2.26 am)


Wednesday, July 3, 2013

Semuanya Indah !

Setiap hari saya punya agenda baru yaitu berjalan bersama si kecil yang bulan lalu genap berusia satu tahun. Perjalanan dari rumah ke supermarket terdekat yang biasanya ditempuh dalam waktu 5 menitan sekarang bisa sampe 1 jam! kok lama banget? ya iya, saya harus sabar mendampingi langkah si kecil yang masih tertatih-tatih, belum lagi banyak hal yang membuat dia berhenti sejenak dan memperhatikan dengan serius, orang yang lewat lah (terutama perempuan cantik! ck..ck..), pengendara sepeda yang melintas, atau bahkan sehelai daun yang jatuh dari ranting.

Saya sangat menikmati momen kebersamaan ini, si kecil bisa melatih otot-ototnya untuk berjalan, menghirup udara pagi dan menikmati sinar matahari, dan emaknya bisa dzikir banyak-banyak :) I know this too shall pass, akan ada saatnya dia tidak mau dipegang lagi tangannya karena sudah besar, tidak mau diciumi atau dipeluk lagi, jadi dinikmati betul episode ini.

Menarik kalau memperhatikan bagaimana ketakjuban anak pada semua hal di dunia, semua hal sepertinya keajaiban buatnya, ingin coba ini- itu, ingin tahu ini-itu, semua indah dan menarik di matanya. Rindu rasanya memiliki lagi perasaan itu, di saat kita sudah demikian tergerus hiruk pikuk dan polusi kehidupan yang membuat jiwa kita batuk-batuk dan sesak nafas, lupa bahwa setiap hal adalah indah karena datang dari Sang Maha Indah. Bahwa setiap takdir kehidupan adalah suci karena dibentuk oleh Sang Maha Suci.

Terima kasih nak, sudah meningatkan mama tentang ini semua :)
cium dan peluk sayang
mama

(Amsterdam, 3 Juli 2013. 11.02 am)