Alam dunia yang kita tempati untuk sementara sekarang konon adalah alam ciptaan yang paling jauh dari cahaya-Nya. Sebagaimana titik yang paling jauh dari sumber cahaya menerima cahaya yang paling sedikit, maka dunia ini adalah area dimana kegelapan mulai muncul. Dalam tataran fenomena, kegelapan itu berbentuk sesuatu yang mengerikan; perang, pembunuhan, perkosaan, pencurian, dan segala macam tindak kekerasan lainnya. Adapun kita secara esensi bukan berasal dari alam ini. Jiwa kita yang merupakan hakikat dari keinsanan adalah penghuni alam malakut, tingkatan alam yang lebih dekat kepada sumber cahaya. Ada suatu masa ketika semua jiwa manusia berkumpul dan bersaksi di hadapan Sang Pencipta, bagi jiwa tiada yang dia lihat kecuali wajah-Nya, tiada yang lebih dia inginkan kecuali melakukan apa yang Dia kehendaki.
Tapi, Sang Maha Pencipta ingin memperkenalkan semua hal tentang diri-Nya, maka dilemparkanlah jiwa-jiwa manusia ke alam yang terjauh yang bernama alam mulkiyah, di planet indah yang kita kenal dengan planet bumi. Untuk bisa tinggal di bumi dan menyerap pelajaran yang tengah Dia gelar di alam bentuk-bentuk ini jiwa manusia dimasukkan ke dalam kendaraan yang disebut jasad, proses peniupan jiwa ke dalam jasad insan ini terjadi ketika janin berusia 120 hari dalam kandungan ibu.
Ketika manusia dilahirkan dalam pakaian raganya dan berinteraksi dengan dunia menggunakan segala indera jasadnya setelah sekian lama, manusia kerap lupa hakikat keinsanannya, karena jiwa biasanya lumpuh setelah sekian lama tidak digunakan di dalam jasad. Gejala kelumpuhan jiwa bisa terlihat dalam kegamangan dan kegalauan manusia menghadapi berbagai episode kehidupan, kebingungannya melihat fenomena yang berlawanan satu sama lain, keheranannya menyaksikan peristiwa-peristiwa brutal yang terjadi di sekitarnya. Akal otaknya memang terbatas untuk bisa mencerna sesuatu yang ada diluar fenomena fisik yang ada,segala kerumitan hidup, kebingungan, pertanyaan dan ketidakmengertiannya hanya akan membuat pecah kepalanya, karena memang akal otak punya keterbatasan, dan manusia sudah terlanjur lupa bahwa dia sebenarnya punya akal jiwa yang bisa diaktivasi untuk membaca kehidupan dengan lebih jelas.
Dunia akan selalu diwarnai oleh kegelapan, karena memang ia adalah titik yang terjauh dari ciptaan-Nya, sepanjang sejarah peradaban manusia akan selalu ada perpecahan, konfilk, peperangan, dan tindakan anarkis atau amoral lainnya. Ketahuilah ini dan terimalah, ini alam dunia bung! (begitu kalau kata orang-orang zaman pergerakan kemerdekaan dulu). Tentu bukan berarti kita pasif dan tidak peduli dengan sekitarnya, kita lakukan apa yang kita lakukan dengan apapun yang Allah mudahkan pada diri kita per hari ini, tapi sadarilah bahwa ada batas untuk itu semua, and we're not superhero. Biarkan Tuhan bekerja dengan caranya, yang penting lakukan kewajiban yang dekat dengan kita terlebih dahulu, orang tua kita, anak , kita, pasangan kita, tetangga, teman periksa satu-persatu apakah haknya masing-masing sudah dipenuhi? Kemudian baru kita beranjak ke lingkaran yang lebih luar, jika ada kemampuan dan kesempatan.
Tulisan ini terinspirasi oleh teman dekat saya yang dibikin gemas oleh salah satu ormas di tanah air yang bertingkah menyebalkan, juga oleh polah pejabat yang bikin sesak hati. Saya akui, membaca berita harian di tanah air memang bisa membuat stress, tapi dipikir-[ikir lagi, ngapain juga dibikin pusing oleh keadaan, semua berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya. Perkara akal kita yang masih terbatas untuk membaca kesatuan perwujudan semua ini, itu sesuatu yang perlu kita mohonkan kepada Allah Taála. Peduli dengan keadaan dan memberikan sumbangsih positif itu satu hal dan mencela orang dan keadaan tanpa memberikan solusi dan contoh yang baik dari dirinya sendiri pun suatu hal yang lain.
Jadi? Jangan terlalu dibuat pusing oleh kondisi sekitar, take easy...dan fokus melakukan amal sholih masing-masing. Berjuang mencari kehendak-Nya dalam hidup yang cuma sekali di dunia ini. Dan saya yakin, kalau setiap orang fokus memperbaiki dirinya masing-masing dengan pertaubatan yang baik, dunia akan berubah dengan sendirinya. Wallahua'lam
(Amsterdam,24 Juli 2013. 12.27 pm)
No comments:
Post a Comment