Wednesday, October 29, 2014

Keterpesonaan Seorang Jan Swammerdam

"Saya menyaksikan betapa luar biasa goresan tangan Yang Kuasa di dalam ciptaan yang mengagumkan dari seekor kutu."
- Jan Swammerdam (1637 - 1680)

Jan Swammerdam dikenal dunia sebagai seorang biologis. Masa kecilnya ia habiskan di kawasan Oude Kerk kota Amsterdam. Jan kecil sudah mulai senang mengamati berbagai macam serangga dan sebetulnya ia ingin mendalami kuliah di bidang entomologi, namun cita-citanya ini kemudian mendapat tantangan keras dari sang ayah yang bersikeras agar anaknya ini menjadi dokter dengan harapan bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Perseteruan ayah-anak ini sempat berlangsung sengit yang memicu sang ayah memutuskan biaya studi entomologi hingga akhirnya Jan pun menempuh studi kedokteran di Universitas Leiden dan mendapatkan gelar dokter pada tahun 1667.
Selepas dari menyelesaikan kuliah di fakultas kedokteran, Jan kembali mempelajari kembali serangga dan mencari tahu berbagai mekanisme alam yang terjadi di dalamnya. Dalam kurun waktu 7 tahun (1667-1674) ia telah menulis dan menerbitkan tiga buku dan berbagai tulisan ilmiah. Tulisan-tulisannya setengah abad kemudian diterbitkan dalam bahasa Latin oleh Herman Boerhaave dengan judul 'Biblia Naturae' (Book of Nature).
Nama Jan Swammerdam diabadikan dalam "Swammerdam Institute for Life Sciences" di University of Amsterdam. Dikatakan bahwa "The scientific work of Jan Swammerdam was strongly influenced by his religious views. For him, studying the creatures of the earth revealed God's greatness." Ketertarikan Jan pada alam dan Sang Pencipta tampaknya tak terpisahkan. Dikabarkan bahwa Jan pernah melakukan 'retreat' selama 1 tahun lamanya, tidak melakukan aktivitas ilmiah dan berkutat memperdalam spiritualitas.
Kontribusi terbesar Jan Swammerdam dalam bidang Biologi adalah tulisannya yang membantu untuk memahami perkembangan serangga dan fase-fasenya yang berbeda dengan membedah dan mempelajari setiap bagian serangga hingga ke mekanisme fisiologisnya.
Walaupn harus berjuang melawan demam malaria yang mendera tubuhnya, Jan masih terus melakukan aktivitas ilmiah hingga akhirnya ia meninggal dunia pada usia 43 tahun.