Wednesday, February 25, 2015

Ancaman "Lost Generation" di Eropa

Kami kedatangan dua orang tamu yang berasal dari Eropa Tengah, mereka sudah menginap selama seminggu disini, berniat mengadu nasib di salah satu kota tujuan wisata dunia, Amsterdam.
Mereka dan jutaan generasi muda dari Eropa Timur atau Eropa Selatan banyak yang bermigrasi ke negara-negara 'kaya' di Eropa dengan tujuan utama mencari penghidupan. Sejak krisis menghantam Eropa di tahun 2008 terjadi perubahan pola imigrasi di Zona Eropa secara fundamental.
"Tidak mudah mencari kerja saat ini" kata sang tamu yang mengaku sudah mengirim ratusan lamaran kerja. Pengalaman bekerja di restoran selama empat tahun dengan kemampuan berbahasa Belanda yang cukup untuk percakapan sehari-hari pun belum bisa mendongkraknya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ada memang pekerjaan sampingan sebagai pencuci piring atau petugas kebersihan, tapi upahnya tidak cukup untuk membiayai hidup di Belanda yang mahal, imbuhnya.
Mereka tidak sendiri, saat ini di Eropa terdapat lebih dari 8 juta penggangguran usia muda, sesuatu yang menurut Kanselir Jerman, Angela Merkel sebagai "Europe's most pressing problem" terkait dengan ancaman "lost generation"- suatu istilah yang dipopulerkan oleh Ernest Hemingway - bercermin pada kondisi pasca Perang Dunia I saat generasi muda terombang-ambing dalam kesulitan mencari pekerjaan sehingga mereka bingung, disorientasi dan kehilangan arah hidup.
Dalam khazanah sufistik, kondisi sulit dalam mencari penghidupan ini diistilahkan sebagai fase "dikeringkan dalam kehidupan", sebagaimana kisah Yusuf as di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya satu fase yang baik untuk pertumbuhan jiwa. Agar manusia tidak lupa kepada Sang Pencipta. Menarik melihat perkembangan dunia saat ini, semakin menyadari kita semua hanya bidak catur di ujung tangan Sang Pencipta.[]

Monday, February 2, 2015

Mengunyah Kehidupan



Guru saya selalu mengajarkan kalau makan hendaknya dikunyah perlahan dan cukup lama, mungkin lebih dari 20-an kali kunyahan. Beliau bilang itu salah satu cara belajar sabar dan bersyukur. Secara medis memang banyak penelitian yang menyebutkan manfaat yang baik dari mengunyah makanan lama, selain memberikan kesempatan mulut untuk mengeluarkan enzim pencernaan dengan optimal, juga otak dan tubuh diberi kesempatan untuk menangkap sinyal bahwa ada makanan sedang dicerna dan akhirnya akan membuat proses pencernaan makanan berjalan lebih efisien.

Sama halnya dalam kehidupan, setiap fase perjalanan hidup nampaknya memang perlu dikunyah dengan seksama dan khidmat, tanpa harus terburu-buru ingin beranjak ke fase berikutnya dengan kehilangan banyak makna di penggal kehidupan yang sedang berjalan.

(Amsterdam, 2 Februari 2015. 6:37 pm)