Saturday, August 3, 2013

It's Already a Perfect Life!

Happy is the man who joins life as it unfolds mysteriously, without lacking anything
- Hinduism 

Dalam kisah mitologi Yunani dikenal salah satu siksaan abadi yang dialami oleh Tantalus, ia harus berdiri di dalam kolam yang di atasnya terdapat cabang pohon yang menjulurkan buah-buahnya. Setiap kali ia lapar dan menggapai tangannya untuk mengambil buah itu, sang pohon akan menjauh dan ia tidak pernah meraihnya.

Tanpa sadar, banyak manusia menjadi seorang 'Tantalus', hidupnya dihabiskan dalam perlombaan tiada akhir untuk mengejar apa yang ia katakan sebagai kebahagiaan atau kemapanan hidup. Waktu masih jomblo doanya fokus meminta kiranya Tuhan memberinya pasangan hidup yang sesuai, setelah itu minta momongan, lalu minta rumah, minta mobil, minta ganti pekerjaan baru, minta punya bisnis baru, minta sekolah yang bagus untuk anaknya, minta cucu, minta ini-itu tiada habisnya. Semuanya diraih dengan penuh pengorbanan, waktu, tenaga, emosi, keringat semua dicurahkan.

Apakah itu semua membuatnya bahagia?
Kalau memang itu kebahagiaan sejati, kenapa ada masa kadaluarsa bagi setiap obyek kebahagiaan itu? Kalau bahagia terletak pada mempunyai anak dan istri atau suami, lalu kenapa setiap kali ada masalah dalam rumah tangga dunia berubah menjadi neraka baginya?
Kalau kebahagiaan terletak pada status ekonomi tertentu, lalu kenapa ia tidak pernah puas dan ingin selalu meraih lebih?
Kalau bahagia terletak pada kebersamaan bersama keluarga, lalu mengapa saat perpisahan atau kematian menjelang hati kita dibuat guncang karenanya?

Bukankah pasang surut kehidupan adalah hal yang niscaya datang?
Bukankah dalam rumah tangga tidak selamanya adem ayem?
Bukankah uang tidak selamanya melimpah di dalam rekening kita?
Bukankah di dalam perjumpaan selalu ada perpisahan?

Kalau kita menyimpan obyek-obyek kebahagiaan pasa sesuatu yang niscaya mati, niscaya usang, niscaya pudar, niscaya menua, niscaya rusak dan fana, maka siap-siap menyongsong rasa sakit dalam hati. Cintailah apapun yang kau inginkan (selianNya) tapi ingat kau akan berpisah dengannya.

Adapun cinta kepada-Nya akan selalu membuat sang hamba tersenyum mengarungi pahit dan manis kehidupan, karena toh semua datang dari 'tangan'-Nya Yang Maha Kasih. In the end we might going to realize that we should not seek for perfection in life, because it's already a perfect one! :)

Amsterdam, 3 Agustus 2013. 12.56 pm

Lupakan!

Ada satu kata ampuh yang kerap diucapkan guru saya sebagai nasihat kepada murid-muridnya, "Lupakan!"
Kadang kita harus coba melupakan masa lalu yang menjerat kita dan membuat langkah kita tertatih-tatih.
Kadang kita harus melupakan sejenak keinginan kita di masa depan.
Kadang kita dilatih untuk melupakan perbuatan atau kata-kata seseorang yang menyakiti kita.

Betapa tarikan masa lalu, masa depan, benar dan salah dalam kehidupan yang disimbolkan oleh tarikan setan dan hawa nafsu lewat arah depan-belakang; kiri dan kanan - senantiasa membuat manusia kehilangan pijakan di saat ini. Manusia dibuat sulit sekali untuk bersyukur, menerima apa yang ada just the way it is, perfect as it is. Alih-alih kebanyakan manusia selalu pandai mencari dalih dengan nama mengejar kebahagiaan, suatu ironi kehidupan, karena selama kita masih mengejar kebahagiaan kita masih belum bahagia. While happiness lies where we are, right here, right now!

Semua agama tampaknya mengajarkan umatnya untuk meraih kekinian, dalam Islam dikenal sebagai dzikir, dalam agama Buddha ada meditasi, dalam agama Nasrani ada retreat dll. Memang kadang butuh tempat dan waktu khusus agar kita kembali bersentuhan dengan diri kita yang sebenarnya. Tidak mudah memang, oleh karena itu dikatakan sebagai jihad akbar, perjuangan besar seumur hidup. Oleh karenanya pula kita butuh rahmat dan pertolongan-Nya, kesadaran ini membuat sujud kita dalam untuk memohon kepada-Nya, jangan sampai hati ini dilalaikan oleh sesuatu selain-Nya.

(Paris, 30 Juli 2013. 1243)