Happy is the man who joins life as it unfolds mysteriously, without lacking anything
- Hinduism
Dalam kisah mitologi Yunani dikenal salah satu siksaan abadi yang dialami oleh Tantalus, ia harus berdiri di dalam kolam yang di atasnya terdapat cabang pohon yang menjulurkan buah-buahnya. Setiap kali ia lapar dan menggapai tangannya untuk mengambil buah itu, sang pohon akan menjauh dan ia tidak pernah meraihnya.
Tanpa sadar, banyak manusia menjadi seorang 'Tantalus', hidupnya dihabiskan dalam perlombaan tiada akhir untuk mengejar apa yang ia katakan sebagai kebahagiaan atau kemapanan hidup. Waktu masih jomblo doanya fokus meminta kiranya Tuhan memberinya pasangan hidup yang sesuai, setelah itu minta momongan, lalu minta rumah, minta mobil, minta ganti pekerjaan baru, minta punya bisnis baru, minta sekolah yang bagus untuk anaknya, minta cucu, minta ini-itu tiada habisnya. Semuanya diraih dengan penuh pengorbanan, waktu, tenaga, emosi, keringat semua dicurahkan.
Apakah itu semua membuatnya bahagia?
Kalau memang itu kebahagiaan sejati, kenapa ada masa kadaluarsa bagi setiap obyek kebahagiaan itu? Kalau bahagia terletak pada mempunyai anak dan istri atau suami, lalu kenapa setiap kali ada masalah dalam rumah tangga dunia berubah menjadi neraka baginya?
Kalau kebahagiaan terletak pada status ekonomi tertentu, lalu kenapa ia tidak pernah puas dan ingin selalu meraih lebih?
Kalau bahagia terletak pada kebersamaan bersama keluarga, lalu mengapa saat perpisahan atau kematian menjelang hati kita dibuat guncang karenanya?
Bukankah pasang surut kehidupan adalah hal yang niscaya datang?
Bukankah dalam rumah tangga tidak selamanya adem ayem?
Bukankah uang tidak selamanya melimpah di dalam rekening kita?
Bukankah di dalam perjumpaan selalu ada perpisahan?
Kalau kita menyimpan obyek-obyek kebahagiaan pasa sesuatu yang niscaya mati, niscaya usang, niscaya pudar, niscaya menua, niscaya rusak dan fana, maka siap-siap menyongsong rasa sakit dalam hati. Cintailah apapun yang kau inginkan (selianNya) tapi ingat kau akan berpisah dengannya.
Adapun cinta kepada-Nya akan selalu membuat sang hamba tersenyum mengarungi pahit dan manis kehidupan, karena toh semua datang dari 'tangan'-Nya Yang Maha Kasih. In the end we might going to realize that we should not seek for perfection in life, because it's already a perfect one! :)
Amsterdam, 3 Agustus 2013. 12.56 pm
No comments:
Post a Comment