Tuesday, July 16, 2013

Menerima Rasa Sakit

...rasa sakit itulah yang akan mengeluarkan seseorang dari hijab bangga diri...
- Jalaluddin Rumi

Suatu ketika seorang guru sufi ditanya, "Mengapa ada rasa sakit di dunia ini? Apa gunanya?"
Sang guru menjawab, "Karena dengan rasa sakit itu hatinya menjadi terbuka"
Sakit yang dirasakan sebenarnya bukan berasal dari hati akan tetapi dari selubung hati yang sudah sekian lama menempel dan mengerak di hati, sedemikian lekatnya hingga proses peluruhannya pun terasa amat sakit.

Allah Ta'ala sudah merancang beberapa kejadian menyakitkan untuk menghidupkan hati yang membatu. Kehidupan yang nyaman seolah tak ada masalah memang cenderung membuat manusia lalai dan khilaf akan sejatinya hidup. Maka sekali waktu biasanya Dia memberikan shock therapy, sebagai tanda bahwa Dia sayang terhadap hamba-Nya, karena Dia ingin semua hamba-Nya kembali membawa hati yang tenang (nafs muthmainnah). Fenomenanya bisa macam-macam; diputus tunangan, konflik rumah tangga, kehilangan anak, kematian pasangan hidup, di-PHK dari pekerjaan, proyek yang gagal, ditipu teman, sulit mencari kerja, terbelit hutang, dan seribu satu macam fenomena lahiriah yang membelit kita.

Selama seseorang masih merasa digjaya dalam kehidupan, merasa sukses dan pintar, kemudian hanyut oleh sanjungan orang, dia akan cenderung menjadi manusia yang bangga diri. Kasus seperti ini didemonstrasikan secara fenomenal oleh Firaun yang mengatakan dengan lantang "Aku adalah Tuhan!" Seseorang tentu akan menolak mentah-mentah jika disamakan dengan Firaun, tapi unsur bangga diri yang sama yang menyelinap dalam hati seseorang adalah hijab hati yang sama yang membuatnya enggan untuk bersujud pada-Nya dengan segala kerendahan diri sebagai hamba.

Oleh karenanya perlu untuk diberikan hantaman dalam kehidupan sesekali waktu supaya seseorang tidak lalai. Maka perkara apapun yang kita rasakan sakit dalam menjalaninya sebenarnya adalah pil pahit yang berfungsi sebagai obat bagi hati kita yang masih diselimuti racun penyakit. Terima dan jalani saja dengan hati yang lapang.

The only rule is, suffer the pain...
- Rumi

(Amsterdam, 17 Juli 2013. 12.59 am)

1 comment:

  1. terimakasih banyak tessa, sepotong tulisan yang menyejukan dan pas untuk kondisi saat ini :)

    salam,
    -santi

    ReplyDelete