Monday, February 18, 2013

Budaya Telanjang

Pengalaman menggelikan mengunjungi spa di kota Amsterdam ini tak akan terlupakan sepanjang hidup. Saya tidak diperbolehkan berenang di sana karena hari itu adalah hari 'telanjang', dan hanya satu hari dalam seminggu dimana mereka memperbolehkan orang berenang memakai pakaian renang.

Saya harus memicingkan mata sedikit untuk melihat sekitar dengan jelas karena saya biasanya memakai kacamata minus empat, dan ya ternyata mereka semua telanjang! Laki-laki perempuan sama saja, tanpa malu dan risih berjalan-jalan sana-sini tampaknya ini adalah hal yang biasa bagi mereka.

Telanjang di tempat umum dan mempersilahkan orang lain melihat bagian yang pribadi adalah hal yang tidak bisa saya lakukan. Entah karena saya dibesarkan dalam lingkungan seperti itu, i mean, orang tua kadang berkata sama anaknya yang berlarian tanpa celana, "ïh malu..hayo pake celana dulu!"..ditambah lagi ajaran ustadz ngaji saya bahwa ada hal-hal ternetu dalam tubuh kita yang disebut dengan aurat, yaitu bagian kemaluan, bagi wanita ditambah payudara. Saya juga mendengar bahwa yang dinamakan aurat adalah seluruh bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan bagi wanita. Dst..i dont want to dwell much into fiqih.

Telanjang adalah bagian dari perjalanan panjang umat manusia, kita lahir tanpa pakaian semuanya bukan?! Tapi rasanya beda menyaksikan bayi usia 8 bulan tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya dengan gadis usia 17 tahun melakukan hal yang sama. Yang satu dibilang orang lucu dan bisa jadi cover majalah ayah bunda, yang lain hanya bisa nongol di cover majalah Playboy. Yang satu lucu, yang satu pornografi - atau sebagian orang bilang natural art ;). Haha..in the end its only a matter of perspective.

Tinggal 2,5 bulan di negeri yang serba bebas seperti Belanda ini saya jadi dibawa untuk melihat bagaimana orang lain berekspresi. Wajar saja bagi mereka untuk memakai pakaian rok mini dan kemeja dengan belahan dada begitu lebar sebagai pakaian sehari-hari mereka. Bagi mereka kebebasan berekspresi adalah hal yang dijunjung tinggi, telanjang di tempat salah satu darinya.

Tulisan ini saya buat sama sekali bukan untuk menghakimi mereka yang memilih melakukan hal itu, bagi saya sepanjang mereka tidak mengganggu ketertiban umum, melakukannya di tempat-tempat tertentu, silahkan saja, sama juga saya berharap mereka menghargai pilihan saya yang keberatan untuk melakukan hal yang serupa.

Budaya memakai pakaian minimalis sejauh ini saya dapati di kaum yang tinggal di pedalaman, di mana pemandangan pria memakai 'koteka'atau wanita bertelanjang dada adalah hal yang biasa. Untuk mengalami hal yang sama di tengah masyarakat modern walaupun hanya di tempat tertentu 'nude day spa'atau 'nude beach' tetap membuat saya pribadi jengah. What can i say, its just simply not my cup of tea :)

Amsterdam, 18 February 2013


1 comment:

  1. Bu dokter, saya senang membaca blog anda, sangat membuka hati untuk lebih mencintai Islam . Bolehkah saya bertanya:

    menurut Ibu apakah ilmu fiqh tidak sesuai dengan ilmu tasawuf? dan apakah kalau sudah mencapai derajat ilmu tasawuf kita sebagai muslim bisa bebas dari ajaran Ilmu fiqh?

    terimakasih Bu, Yarhamukallah.

    ReplyDelete