Pagi ini tetiba si sulung meraung-raung minta plester ditempel di jarinya, padahal tidak ada yang luka. Setelah beberapa lama dia mulai tenang dan bicara,
"Tadi Elia nangis". Sambil menyuapi si bungsu saya tanya bilang, "Iya, memangnya kenapa Elia nangis?". Jawabnya singkat tapi bikin hati meleleh, "Papa pergi...". Aah, i understand now, dia memang merengek bersamaan dengan saat sang papa mencium satu-satu anaknya sebelum pergi ke kantor. Rasa sakit ditinggal papanya dia asosiasikan dengan sakit kalau luka di tangan dan cara dia mengobatinya adalah dengan memberi plester! heart emoticon
"Tadi Elia nangis". Sambil menyuapi si bungsu saya tanya bilang, "Iya, memangnya kenapa Elia nangis?". Jawabnya singkat tapi bikin hati meleleh, "Papa pergi...". Aah, i understand now, dia memang merengek bersamaan dengan saat sang papa mencium satu-satu anaknya sebelum pergi ke kantor. Rasa sakit ditinggal papanya dia asosiasikan dengan sakit kalau luka di tangan dan cara dia mengobatinya adalah dengan memberi plester! heart emoticon
Bicara tentang rasa sakit, setiap orang pasti memilki pain-body, sesuatu yang Eckhart Tolle definisikan sebagai : "a term for the accumulation of old emotional pain that almost all people carry in their energy field. I see it as a semi-autonomous psychic entity. It consists of negative emotions that were not faced, accepted, and then let go in the moment they arose. These negative emotions leave a residue of emotional pain, which is stored in the cells of the body."
Ada sakit hati yang terakumulasi sekian lama dan menjejak dalam di hati kita, bisa jadi karena rasa sakit ditinggal orang tua, dikecewakan orang yang dikasihi, dikelabui sahabat dekat dan banyak peristiwa hidup yang bisa menorehkan luka yang belum sembuh dan menimbulkan perasaan negatif dalam diri orang berupa dendam, amarah dan kebencian yang merasuk ke dalam setiap sel dalam tubuhnya - yang dalam jangka panjang bisa timbul dalam bentuk sakit secara fisik.
Seringkali orang tidak sadar bahwa berbagai residu masa lalu itu dapat muncul dan mewujud menjadi tindakan yang menyakiti orang sekitar. Dan alih-alih mengetahui sumber rasa sakit dalam diri sebenarnya, orang meraba-raba mencari 'plester' dalam hidup untuk menutupi rasa tidak nyaman dalam dirinya, bisa jadi berupa rasa sepi yang diplester dengan berganti-ganti pacar, amarah dengan masa lalu yang miskin dengan belanja sepuas-puasnya, kecewa dengan konflik dalam rumah tangga orang tua diplester dengan bersikap skeptis terhadap pernikahan dsb. Tampaknya satu-satunya cara mengobati betul sekian rasa tidak enak di hati adalah dengan melihat jauh ke dalam lubuk hati sendiri karena pengetahuan diri mengenai apa-apa yang ada di dalam hati sangat penting sebagai langkah awal untuk menyembuhkan penyakit hati tersebut. Dalam hadits lain yang diriwayatkan Baihaqi dari Anas, dikatakan "bila Allah Swt akan mendatangkan kebaikan kepada seseorang, maka diberiNya pengertian tentang agama, zahid terhadap dunia, dan ditunjukkan keburukan dirinya,"