Sepanjang sejarah manusia, di kebudayaan daerah manapun kita akan selalu menemukan keberadaan angka tiga sebagai sesuatu yang sangat penting. Berbagai budaya di dunia menganggap angka tiga sebagai sesuatu yang sakral, mistis, universal dan agung.
Dalam berbagai cerita rakyat angka tiga ini digambarkan dalam berbagai cerita “tiga babi kecil” (three little pigs), dan kisah tentang tiga beruang. Di masa Babilonia kuno mereka mengenal tiga macam dewa, Any, Baal dan Ea yang melambangkan langit, bumi dan inti bumi. Demikian pun dalam kebudayaan Mesir mereka mengenal dewa matahari: Khepri (matahari terbit), Re (matahari siang), dan Atum (matahari terbenam).
Phytagoras, seorang filosof dan ahli matematika dari Yunani di abad keenam mengajarkan bahwa apapun di alam semesta ini memiliki unsur ketigaan, beliaupun menyatakan bahwa setiap permasalahan di semesta dapat direduksi secara diagram menjadi struktur segitiga dan angka tiga. Bagi Phytagoras dan para pengikutnya, struktur segitiga melambangkan sebuah gerak ke atas (mi’raj: pen), dan baik segitiga dan angka tiga mengandung misteri dalam alam semesta. Angka tiga juga merupakan representasi dari triad, ia adalah angka yang pertama dihasilkan dan merupakan angka yang tertua. Angka tiga juga adalah angka satu-satunya yang merupakan hasil penjumlahan angka-angka sebelumnya (1+2=3).
Dalam tradisi Cina angka tiga dianggap angka keberuntungan. Pernah di tahun 2004 seorang pria di Beijing rela membayar $215.000 untuk mendapatkan sebuah nomor sim telepon genggam 133-3333-3333. Keyakinan ini bisa jadi berakar dari pengaruh Konfusianisme dan Taoisme. Ketigaan terdiri dari unsur “langit”, “bumi” dan “insan”.
Dalam Islam, angka tiga ini juga memegang tema sentral. Ketigaan terdapat di berbagai hadits seperti tentang Ad Diin (agama) yang terdiri dari tiga pilar: Iman, Islam dan Ihsan; batasan berkunjung tamu selama tiga hari, juga struktur insan yang terkandung dalam Surat An Nuur: 35. Dalam Fusus al Hikam, Ibnu Arabi menuliskan bahwa urusan penunggalan aspek ketigaan (al afraad ats-tsalaatsah) dan segala apa yang bertambah atas (bentuk) awal dari penunggalan ini maka sesungguhnya itu (masih) tentang perkara yang sama.
Tulisan ini masih bersambung, terlalu banyak hal luar biasa di semesta ini yang belum kita pahami hakikatnya, bukti betapa fakir dan bodohnya kita tentang kehidupan. Rabbi zidni ilman warzuqni fahman…
Tulisan ini masih bersambung, terlalu banyak hal luar biasa di semesta ini yang belum kita pahami hakikatnya, bukti betapa fakir dan bodohnya kita tentang kehidupan. Rabbi zidni ilman warzuqni fahman…
Referensi:
1. Ivan. Ancient Knowledge? The Secret Importance Behind The Number. https://www.ancient-code.com/ancient-knowledge-the-secret-…/. 25 Oktober 2018.
2. Hobgood, K. Phytagoras and the Mystery of Numbers. http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT6680…/Hobgood/Pythagoras.html. 25 Oktober 2018.
3. Stewart, I. Number symbolism. https://www.britannica.com/topic/number-symbolism#ref849758. 25 Oktober 2018.
4. Lucky Number 3. https://www.travelchinaguide.com/intro/lucky-number3.htm. 25 Oktober 2018.
1. Ivan. Ancient Knowledge? The Secret Importance Behind The Number. https://www.ancient-code.com/ancient-knowledge-the-secret-…/. 25 Oktober 2018.
2. Hobgood, K. Phytagoras and the Mystery of Numbers. http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT6680…/Hobgood/Pythagoras.html. 25 Oktober 2018.
3. Stewart, I. Number symbolism. https://www.britannica.com/topic/number-symbolism#ref849758. 25 Oktober 2018.
4. Lucky Number 3. https://www.travelchinaguide.com/intro/lucky-number3.htm. 25 Oktober 2018.
No comments:
Post a Comment