Wednesday, June 12, 2013

Yang Lalu Biarkan Berlalu


Seringkali kita membebani diri sendiri dengan kejadian yang sudah lampau. Masa lalu yang kelam, pengalaman buruk, perbuatan yang tidak menyenangkan dan segudang kejadian lain seolah menggumpal dan membelenggu kaki kita sehingga membuat kita terseret-seret dalam melangkah.

Adalah baik tentunya belajar dari pengalaman, tetapi tatkala kejadian di waktu lampau masih menggelayut dalam hati sehingga mempengaruhi perilaku kita, ini yang kemudian menjadi benih-benih penyakit hati.

Ada beberapa alasan kenapa sebaiknya kita fokus pada apa yang ada per saat ini saja daripada pusing memikirkan masa lalu.

1. Alam raya senantiasa dalam ciptaan baru

Allah yang Al Hayyu (Maha Hidup) dan Al Qayyum (Maha Tegak) menciptakan alam dan seluruh isinya dalam bentukan yang baru setiap saatnya. Artinya kita dan seluruh benda-benda yang ada saat ini beda dengan kita dan benda-benda yang tampak sama lima menit yang lalu, satu jam yang lalu, apalagi satu tahun yang lalu. Seluruh alam terdiri dari fragmen-fragmen ciptaan yang dirangkai sedemikian rupa menjadi 'motion pictures' yang luar biasa menakjubkan bahkan kita bahkan tidak sadar bahwa kita terdiri dari penggal-penggal ciptaan yang masing-masing berdiri sendiri.

Konsekuensinya, saat pikiran kita tertambat di masa lalu and dwelling too much in it, kita jelas kehilangan masa kini dan berkutat dengan 'artifak' yang sudah membeku dalam perputaran roda waktu.

Tidak mudah memang menjadi anak Sang Waktu, butuh keberserahdirian yang baik dalam menjalaninya. Namun bukankah semua akan dibuat mudah jika kita berjalan dengan Yang Maha Kuasa? :)

2. Setan berperan menggoda manusia

Ujian adalah suatu keniscayaan dalam hidup, proses yang memilah-milah mana diantara hambaNya yang benar dalam ucapannya atau sekadar 'omong doang' dalam beriman kepadaNya.

 Untuk membuat seru panggung ujian Tuhan pun menciptakan setan yang kebagian peran antagonis, tugasnya satu, menggoda dan menggelincirkan manusia. Maka setan pun bersumpah akan menggoda manusia dari depan-belakang-kiri- dan kanannya, suatu simbolisasi arah horisontal yang menjadi daerah kekuasaan setan.

Godaan dari depan bahwa setan akan menakut-nakuti manusia akan hari esok. Dihembuskannya kekhawatiran, 
"aduh uang menipis bisa makan ga ya?
Biaya sekolah naik, bisa nyekolahin anak ga ya?"
Ditariknya manusia dari keberserahdirian dan tawakal kepada Tuhannya sedemikian rupa dengan bumbu-bumbu horor kehidupan yang mengerikan sehingga ia lupa bahwa kuasa Tuhannya lebih besar dari sebesar apapun masalah yang dihadapi. Manusia pun lupa akan takbir-takbirnya yang dia ucapkan saat shalat 'Allahu Akbar', Allah Maha Besar, tentu seharusnya kesadaran ini membuat tenag hati karena kita punya 'beking' yang Maha Kuasa.

Godaan dari belakang, inilah yang membuat manusia kerap terjerat dalam ikatan dendam, permusuhan, rasa bersalah yang tidak sehat hingga putus asa. Adalah andil setan juga yang menghembus-hembuskan,
"Udahlah ngapain ibadah,kamu udah banyak dosa, percuma
Lha ngapain berbuat baik sama dia, lha wong dia juga dulu nyebelin!
Ga usah ngasih sama tetangga sebelah, dia juga ga pernah bagi2 makanan sama kita"

Makanya benar juga orang bijak yang berkata, kejelekan seseorang lupakan saja, tapi ingat selalu kebaikannya. Nampaknya itu lebih membuat hati bening.

Godaan dari kiri dan kanan, yaitu kemampuan setan memainkan pikiran manusia, sesuatu yang baik dibuat jelek dan sebaliknya.

Semua tarikan setan itu semata-mata bertujuan mencerabut manusia dari akar kekiniannya dan dari hubungannya dengan Allah Ta'ala. Demikian sakti mandraguna ilusi setan ini hingga banyak yang tertipu, kecuali segelintir orang yang hatinya ikhlas.

3. Semua terjadi atas kehendak-Nya

Tidak ada satu helai daun pun yang jatuh, tidak ada sebutir pasir pun yang bergeming kecuali dengan izin Allah. Ini adalah salah satu tauhid dasar.

Dalam setiap penggal kehidupan seseorang di masa lalu pun tentu terjadi dengan izin-Nya. Sekelam apapun kehidupan seseorang, setersesat apapun, sebobrok apapun dan segagal apapun kelihatannya di mata manusia. Adalah kehendak Tuhan yang menyertainya.

Alih-alih terlampau menyalahkan diri dan mengutuk diri sendiri hingga berputus asa dari rahmat-Nya, lebih baik kita berupaya mengerti apa maksud Allah telah memperjalankan kita pada keadaan seperti itu, sambil terus membersihkan diri dan sujud memohon pertolongan-Nya.

(Amsterdam, 12 Juni 2013. 10.45 am)

No comments:

Post a Comment