Seringkali kita membebani diri
sendiri dengan kejadian yang sudah lampau. Masa lalu yang kelam, pengalaman
buruk, perbuatan yang tidak menyenangkan dan segudang kejadian lain seolah
menggumpal dan membelenggu kaki kita sehingga membuat kita terseret-seret dalam
melangkah.
Adalah baik tentunya belajar dari
pengalaman, tetapi tatkala kejadian di waktu lampau masih menggelayut dalam
hati sehingga mempengaruhi perilaku kita, ini yang kemudian menjadi benih-benih
penyakit hati.
Ada beberapa alasan kenapa sebaiknya
kita fokus pada apa yang ada per saat ini saja daripada pusing memikirkan masa
lalu.
1. Alam raya senantiasa dalam ciptaan
baru
Allah yang Al Hayyu (Maha Hidup) dan
Al Qayyum (Maha Tegak) menciptakan alam dan seluruh isinya dalam bentukan yang
baru setiap saatnya. Artinya kita dan seluruh benda-benda yang ada saat ini
beda dengan kita dan benda-benda yang tampak sama lima menit yang lalu, satu
jam yang lalu, apalagi satu tahun yang lalu. Seluruh alam terdiri dari
fragmen-fragmen ciptaan yang dirangkai sedemikian rupa menjadi 'motion
pictures' yang luar biasa menakjubkan bahkan kita bahkan tidak sadar bahwa kita
terdiri dari penggal-penggal ciptaan yang masing-masing berdiri sendiri.
Konsekuensinya, saat pikiran kita
tertambat di masa lalu and dwelling too much in it, kita jelas kehilangan masa
kini dan berkutat dengan 'artifak' yang sudah membeku dalam perputaran roda
waktu.
Tidak mudah memang menjadi anak Sang
Waktu, butuh keberserahdirian yang baik dalam menjalaninya. Namun bukankah
semua akan dibuat mudah jika kita berjalan dengan Yang Maha Kuasa? :)
2. Setan berperan menggoda manusia
Ujian adalah suatu keniscayaan dalam
hidup, proses yang memilah-milah mana diantara hambaNya yang benar dalam
ucapannya atau sekadar 'omong doang' dalam beriman kepadaNya.
Untuk membuat seru panggung
ujian Tuhan pun menciptakan setan yang kebagian peran antagonis, tugasnya satu,
menggoda dan menggelincirkan manusia. Maka setan pun bersumpah akan menggoda
manusia dari depan-belakang-kiri- dan kanannya, suatu simbolisasi arah
horisontal yang menjadi daerah kekuasaan setan.
Godaan dari depan bahwa setan akan
menakut-nakuti manusia akan hari esok. Dihembuskannya kekhawatiran,
"aduh uang menipis bisa makan ga ya?
"aduh uang menipis bisa makan ga ya?
Biaya sekolah naik, bisa nyekolahin
anak ga ya?"
Ditariknya manusia dari
keberserahdirian dan tawakal kepada Tuhannya sedemikian rupa dengan bumbu-bumbu
horor kehidupan yang mengerikan sehingga ia lupa bahwa kuasa Tuhannya lebih
besar dari sebesar apapun masalah yang dihadapi. Manusia pun lupa akan
takbir-takbirnya yang dia ucapkan saat shalat 'Allahu Akbar', Allah Maha Besar,
tentu seharusnya kesadaran ini membuat tenag hati karena kita punya 'beking'
yang Maha Kuasa.
Godaan dari belakang, inilah yang
membuat manusia kerap terjerat dalam ikatan dendam, permusuhan, rasa bersalah
yang tidak sehat hingga putus asa. Adalah andil setan juga yang
menghembus-hembuskan,
"Udahlah ngapain ibadah,kamu udah
banyak dosa, percuma
Lha ngapain berbuat baik sama dia,
lha wong dia juga dulu nyebelin!
Ga usah ngasih sama tetangga sebelah,
dia juga ga pernah bagi2 makanan sama kita"
Makanya benar juga orang bijak yang
berkata, kejelekan seseorang lupakan saja, tapi ingat selalu kebaikannya.
Nampaknya itu lebih membuat hati bening.
Godaan dari kiri dan kanan, yaitu
kemampuan setan memainkan pikiran manusia, sesuatu yang baik dibuat jelek dan
sebaliknya.
Semua tarikan setan itu semata-mata
bertujuan mencerabut manusia dari akar kekiniannya dan dari hubungannya dengan
Allah Ta'ala. Demikian sakti mandraguna ilusi setan ini hingga banyak yang
tertipu, kecuali segelintir orang yang hatinya ikhlas.
3. Semua terjadi atas kehendak-Nya
Tidak ada satu helai daun pun yang
jatuh, tidak ada sebutir pasir pun yang bergeming kecuali dengan izin Allah.
Ini adalah salah satu tauhid dasar.
Dalam setiap penggal kehidupan
seseorang di masa lalu pun tentu terjadi dengan izin-Nya. Sekelam apapun
kehidupan seseorang, setersesat apapun, sebobrok apapun dan segagal apapun
kelihatannya di mata manusia. Adalah kehendak Tuhan yang menyertainya.
Alih-alih terlampau menyalahkan diri dan mengutuk diri
sendiri hingga berputus asa dari rahmat-Nya, lebih baik kita berupaya mengerti
apa maksud Allah telah memperjalankan kita pada keadaan seperti itu, sambil
terus membersihkan diri dan sujud memohon pertolongan-Nya.
(Amsterdam, 12 Juni 2013. 10.45 am)
(Amsterdam, 12 Juni 2013. 10.45 am)
No comments:
Post a Comment