Friday, August 25, 2017

Offline is a New Luxury

Its a rush hour.
Menyatu di dalam kereta di pagi hari dengan orang-orang yang bersetelan rapih, laki-laki memakai jas dan perempuan berpakaian resmi lengkap dengan make up di wajahnya.
Semua orang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Ada yang bicara di telepon, ada yang membuka laptop, ada yang menggoyangkan kepala mendengarkan musik melalui headphone besar yang menutupi telinganya.
Tunggu, tidak semua orang.
Ada satu...dua...tiga orang yang menikmati pemandangan indah di pagi hari sambil menyerap setiap partikel cahaya matahari yang menyapa wajahnya. Tiga orang itu, semuanya sudah berusia tua. Setidaknya nampak dari keriput di wajahnya.
Lalu salah satunya melirikkan pandangan kepadaku. Seorang perempuan tua berkacamata hitam. Tiba-tiba ia melemparkan senyumnya. Terasa hangat, sehangat sinar matahari yang menerobos jendela kereta.
Tindakan sederhana yang menebarkan kehangatan dalam jiwa.
"Senyummu adalah sedekah", kata sang nabi.
Memang tampaknya di era internet ini orang bisa duduk bersebelahan tanpa berinteraksi satu sama lain walau sekadar saling melempar senyum karena masing-masing sibuk menghanyutkan diri ke dalam lautan teknologi yang ditawarkan oleh telepon genggamnya masing-masing. This is the era when offline seems to be a new luxury.

No comments:

Post a Comment