Bayangkan kita menerima surat undangan untuk bertatap muka selama 5 menit dengan tokoh yang kita segani di dunia, bisa jadi ia seorang pemimpin dunia, seorang ulama besar yang kita hormati, atau artis kawakan yang kita sukai. Saya bisa bayangkan, kita akan sibuk jauh-jauh hari memilih baju yang pantas dan mempersiapkan dengan detil kata-kata apa yang akan disampaikan lengkap dengan latihan bicara berkali-kali di depan cermin.
Orang bilang, persepsi kita terhadap seseorang akan tercermin melalui interaksi dengan yang bersangkutan. Jika seseorang yang kita ajak bicara adalah orang yang kita segani, cara kita menatap beliau, duduk dan kata-kata pun dipilih betul. Bandingkan 'body language' kita yang cuek bebek saat bertemu orang yang kita anggap 'nobody'.
Jadi, betul kiranya cerminan beberapa menit pertemuan kita dengan seseorang bisa jadi merupakan resume hubungan kita dengan orang tersebut.
Jadi, betul kiranya cerminan beberapa menit pertemuan kita dengan seseorang bisa jadi merupakan resume hubungan kita dengan orang tersebut.
Guru saya berpesan bahwa "sholat adalah resume hubungan kita dengan Allah Ta'ala". Sholat yang kering dan dikerjakan asal telah ditunaikan bisa jadi gambaran hambarnya komunikasi hati kita dengan Sang Pencipta di luar sholat. Adapun orang yang berhasil membangun -bata demi bata- hubungan pribadi dengan Penciptanya diceritakan akan tercekat kerongkongannya bahkan saat awal mengangkat tangan - simbol kepasrahan - seraya lisannya berkata "Allahu Akbar" dengan penuh kesadaran bahwa Allah lebih besar, lebih penting, lebih layak ditakuti, lebih pantas diandalkan, lebih nyata dibandingkan apapun selain-Nya.
Ah, saya masih harus banyak belajar untuk sholat dengan baik...
No comments:
Post a Comment