Friday, May 29, 2015

Menjadi Murid Shaolin

Masih ingat cerita klasik murid shaolin yang disuruh naik turun gunung untuk mengambil air selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum akhirnya diajari jurus kungfu tertentu? Dibalik rutinitas yang terlihat biasa itu ternyata sang guru bertujuan agar muridnya melatih otot-otot tertentu dengan mengangkat ember berisi air naik turun gunung, suatu hal yang melelahkan dan memerlukan kesabaran. Diceritakan tidak sedikit murid yang mengundurkan diri, tidak tahan dengan pola pengajaran sang guru dan akhirnya hanya tersisa beberapa murid saja yang bertahan hingga akhir pelajaran untuk melanjutkan mempelajari jurus kungfu tertentu.
Hidup kita mirip dengan cerita di atas.
Kita semua sedang belajar dalam lautan ilmu-Nya.
Kita semua sedang dilatih mengencangkan otot-otot kesabaran, syukur, pengasih dan sekian banyak asma-Nya yang tersembunyi dalam rutinitas keseharian yang bisa jadi melelahkan atau menjemukan itu.
Ada yang harus berkutat dengan mengganti ribuan popok anak, mencuci ratusan baju dan ratusan piring kotor dalam setahun (curcol.com).
Ada yang dibuat berkelana dari rumah ke kantor menempuh perjalanan jauh dan menerjang kemacetan setiap hari.
Ada yang ditakdirkan mengikuti pendidikan tertentu dan bersabar dengan caci-maki guru atau lingkungannya.
Ada yang diuji kekurangan.
Ada yang dicoba dengan kelimpahan.
Masing-masing kita berjalan dalam rel yang sudah Dia desain di Lauh Mahfuzh.
Tidak ada yang salah dalam ciptaan Dia.
Tidak ada yang salah dalam waktu yang telah lewat.
Teringat petuah sang guru, "sabar saja, semua ada masanya"
Semua bertujuan menguatkan 'otot-otot' pengetahuan kita
tentang kehidupan
tentang Dia
Ya, Dia yang rindu untuk dikenal...

No comments:

Post a Comment