Beberapa hari terakhir ini saya kedatangan tamu dari tanah air, bukan secara fisik akan tetapi kami melakukan diskusi yang intens melalui chat app. Mereka adalah sahabat-sahabat yang saya telah kenal lebih dari satu dekade lamanya. Mereka berdua sedang dilanda ujian yang berat dalam kehidupan yang menghimpit dada, menyakitkan dan sedemikian terasa berat hingga batin menjerit "kapankah kiranya pertolongan Allah itu tiba?"
Saya sangat bersyukur Allah hadirkan mereka dalam hidup saya, perjuangan mereka dan kekuatan pencarian mereka kepada Allah Ta'ala membuahkan inspirasi tersendiri. Bayangkan sudah babak belur, habis tenaga, pikiran, material sudah tak terhitung. Mereka masih bisa mengalunkan kata-kata dari lisannya: "Alhamdulillah, ini yang terbaik dari Allah Ta'ala."; "Kalau ini yang Allah inginkan maka akan saya lakoni."; "Bukankah takdir kita hari ini adalah takdir yang terbaik." " Semua indah pada saatnya." Semua adalah penggalan kata yang sering kita dengar, akan tetapi saat itu diucapkan dengan sungguh-sungguh oleh orang yang tengah meregang menahan beban ujian, maka kekuatan dari kata-kata itu sungguh merasuk ke dalam hati orang yang menyaksikannya.
Kiranya pagelaran yang tengah dilakoni oleh kedua sahabat saya ini makin mengokohkan keyakinan saya bahwa kekuatan manusia terletak dari kemampuannya untuk berserah diri, mengakui kefakiran dan kelemahan dirinya. Kekuatan yang berasal dari cahaya anugerah-Nya yang menembus ke relung kalbu yang tidak jarang harus didahului oleh sebuah episode penghancuran hijab hati yang menghalangi. Sehingga semakin kuat cahaya iman seseorang semakin rendah diri ia, tidak petantang-petenteng di hadapan manusia apalagi di hadapan Tuhannya yang senantiasa mengawasinya. Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk...
Terima kasih sahabat atas kepercayaan dan secercah pengetahuan hidup yang dibagikan. Semoga Allah Ta'ala semakin meneguhkan pijakanmu dalam shiraathal mustaqiim.