Monday, July 18, 2016

Belajar Tenang dan Sabar Menunggu Pertolongan-Nya

Salah satu pesan guru saya yang selalu disimpan di hati adalah "Bersikaplah tenang menghadapi kondisi segila apapun dan jangan terburu-buru mengambil keputusan hingga Allah bukakan jalan keluarnya."
Kebetulan sekali siang ini saya diberi kesempatan mendemonstrasikan jurus di atas. Ceritanya saya dan suami mengikuti acara Sufi Summer School di Katwijk, sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Sufi Movement, bagian dari murid-murid almarhum Hazrat Inayat Khan, seorang sufi yang menyebarkan Islam ke Eropa tahun di 1910. Kami bergantian memasuki kelas di saat salah satu mengasuh anak-anak.
Hari ini pergantian "piket" dilaksanakan di pinggir pantai, depan restoran tempat anak-anak bisa puas bermain pasir pantai. Semburan matahari musim panas mulai terasa menyengat. Dan kami pun melaksanakan serah terima anak-anak dengan lancar kecuali satu hal, kunci kamar yang kami sewa di bread and breakfast lupa dialihkan! Saya baru menyadari hal itu setelah berada di depan pintu penginapan kami dengan kondisi Rumi tertidur di stroller dan Elia sudah hampir tertidur kelelahan di atas sepeda kayunya.
Mau telepon baterenya habis, mau menghubungi resepsionis sudah tutup kantornya jam 12 dan ini hari minggu dimana kebanyakan toko dan aktivitas tutup. Mau menyusul papanya anak-anak ke Soefi Temple yang memakan perjalanan sekitar 30 menit dengan berjalan kaki agak tidak mungkin karena Elia sudah hampir tertidur kelelahan.
Nah inilah saatnya mempraktikkan jurus yang diajari guru saya itu. "Tenang...tenang...." Ujar saya menenangkan diri sendiri. Kami kemudian mencari tempat duduk kecil di pinggir jalan tepat di sebelah pintu hotel. Pikiran saya menerawang menelaah sekian skenario, dari mulai memanjat ke kamar yang terletak di lantai dua, mencongkel jendela di bawah hingga mengaktivasi alarm kebakaran, okey yang terakhir rasanya terlalu ekstrim dan bisa-bisa saya dipenjara karena berbuat onar.
Saya pun mulai berdzikir "laa hawla wa laa quwaata illa billah" untuk mengendapkan ide-ide nekad yang bermunculan itu. Anak-anak mulai tertidur. Saya pun telah menyiapkan mental hingga dengan skenario menunggu papanya anak-anak datang membawa kunci di sore hari, which is about 4-5 hours from now...(sigh).
"Ok, let's make the best of it" bisik saya berikhtiar memompakan semangat kepada diri sendiri. Pandangan saya tertuju kepada wajah-wajah polos anak-anak yang tertidur lelap, kemudian menelusuri biru langit yang cerah hingga mengamati pola trotoir jalan yang unik yang belum pernah saya perhatikan sebelumnya. Ketika saya tengah terlarut dalam simfoni alam tiba-tiba kedua mata saya menangkap sesosok wajah yang saya kenal! Perempuan muda ramah yang bertugas di pagi hari melayani sarapan di ruang makan para penghuni penginapan, ia menghampiri dan menyapa. It doesn't take a genius untuk melihat kami tengah terdampar di pinggir jalan. Ia pun mengeluarkan kunci cadangannya sambil berkata "you are very lucky, i was supposed to go home hours ago but somehow something drove me here".
Ah memang betul, tenang saja dan bersabar hingga Dia bukakan jalan keluarnya Alhamdulillah

No comments:

Post a Comment