Hari kedua penyesuaian (wendagen) masuk basisschool (sekolah dasar disini dimulai usia 4 tahun) orang tua boleh mendampingi anaknya setengah hari. Maka saya ikut mendampingi segala aktivitas Rumi, mulai dari bernyanyi, menggambar, makan buah dan bermain di taman bermain sekolah.
Ada satu anak perempuan yang selalu ikut kemanapun kami pergi, dia tampaknya menyukai perhatian yang saya berikan kepadanya saat dia bercerita atau meluncur dari seluncuran yang dia lakukan entah berapa puluh kali - barangkali karena setiap kali saya selalu menyorakinya dengan semangat. Demikian nyamannya dia bersama saya sampai dia memeluk saya dari belakang dengan erat. Begitu waktu istirahat makan siang tiba, sebagian anak boleh pulang sementara dia anak lainnya dijadwalkan untuk makan di sekolah (overblijf) karena orang tuanya tidak menjemput.
Saat saya hendak melangkah keluar kelas, tangan kecil perempuan itu menggenggam erat tangan saya, dia bilang dia mau ikut pulang, tapi gurunya (juf) bilang kalau dia harus diam di kelas karena memang tidak ada yang menjemput sampai sore nanti. Wajah anak perempuan itu langsung berubah murung. Saya berjongkok dan menatap wajahnya dalam-dalam dan bertanya, "Ben je verdrietig?" (Apakah kamu sedih?". Anak itu menundukkan wajahnya dan bulir-bulir air mata mengalir di pipinya, "Ik mis mijn mama" (aku kangen mama) katanya pilu. Sang guru langsung mengambil alih dan membawa dia masuk ke dalam kelas. Saya pun melangkah keluar bersama Rumi dengan hati yang terkoyak...
(Amsterdam di musim semi yang hangat, 10 April 2018)
(Amsterdam di musim semi yang hangat, 10 April 2018)
No comments:
Post a Comment