Friday, January 1, 2016

Khitan Tradisi Sejak Nabi Adam a.s.

Suatu hari para murid Nabi Isa a.s. bertanya, "Beritahukan kepada kami wahai Tuan, mengapa manusia harus berkhitan?"
Isa Al Masih r.a. kemudian menjawab, "Cukuplah bagimu bahwasanya Allah telah memerintahkan hal yang demikian kepada Ibrahim a.s., Dia berfirman "Wahai Ibrahim, keratlah kulup kemaluanmu juga segenap keturunanmu, sungguh ini adalah perjanjian suci antara dirimu dan Aku untuk selamanya."
Kemudian Isa a.s. melanjutkan kisahnya, "Adam - dengan bantuan tipu daya setan - adalah manusia pertama yang memakan buah dari pohon yang terlarang, adalah raganya yang melawan kehendak sang jiwa, hingga kemudian Adam bersumpah "Demi Tuhan, akan kupotong kamu!" dalam kesedihan karena merasa raganya tidak mampu mengabdi dengan baik kepada Tuhan. Saat Adam bersiap memecahkan sebongkah batu untuk kemudian menyayat bagian tubuhnya datanglah Malaikat Jibril untuk mencegah hal tersebut. Namun Adam bersikeras dan berkata, "Aku telah bersumpah kepada Tuhan untuk menyayatnya, sungguh aku tidak ingin menjadi seorang pendusta!"
Maka kemudian Malaikat Jibril memberi arahan kepada Adam mengenai bagian tubuh mana yang baik untuk disayat. Demikianlah sejak saat itu perintah khitan diturunkan dari generasi ke generasi.
Kisah khitan ini dimuat dalam kitab suci, beberapa di antaranya:
1. Nabi Adam (Injil Barnabas 23: 1-15)
2. Nabi Ibrahim & Nabi Ismail (Kejadian 17:24-26)
3. Nabi Harun & Nabi Musa (Keluaran 12:43)
4. Nabi Yahya (Lukas 1:59-60)
5. Nabi Isa (Lukas 1:59-60)
Adapun salah satu hadits yang berisi perintah khitan menyebutkan sbb:
"Fitrah itu ada lima :
1. Khitan
2. Mencukur rambut kemaluan
3. Mencabut bulu ketiak
4. Memotong kuku
5. Memotong kumis
(HR Bukhari & Muslim)
Menarik untuk melihat ada benang merah antara syariat yang tampaknya 'sepele' ternyata berkaitan dengan "fitrah" salah satu kata kunci besar dalam Al Qur'an. Yang kalau kita bicara tentang fitrah teringat kepada salah satu hari raya ummat Islam, "Idul FItri", hari kembali ke fitrah.
Sesungguhnya di balik setiap perintah ritual yang Allah Ta'ala turunkan kepada hamba-Nya terdapat kebaikan yang banyak dan berasal dari satu sumber yang suci. Manusia tentu mencoba menggapai-gapai dengan kemampuan dan tingkat akalnya masing-masing, "to make a sense of it". Tapi sebagai awal dari penghambaan kita, kiranya cukuplah dengan mengimani bahwa perintah ini benar datang dari-Nya dan pasti membawa kebaikan yang banyak.[]

No comments:

Post a Comment