Saat menerangkan arti "Toto Tentrem Kerto Rahardjo" Guru saya menekankan pentingnya menata diri, mulai dari jasad dan kehidupan lahiriah sebelum kemudian menata yang batin. Ada alasannya kenapa proses penciptaan bumi membutuhkan empat hari sebelum akhirnya menata urusan langit dalam dua hari terakhir. Artinya, jangan muluk-muluk bicara tentang surga kalau keluarga dan segala amanah yang ada di tangan terabaikan juga jangan mimpi mendapat pencerahan spiritual kalau kerja atau belajar asal-asalan.
Hati bisa tentram kalau kehidupan tertata dengan baik. Dimulai dengan menata yang dekat, raga kita kapan mandi, kapan keramas, gunting kuku atau manicure (jika perlu). Kapan waktu dengan keluarga dan kapan waktu bekerja. Kapan perlu belanja dan kapan diupayakan menahan keinginan sehingga ngga perlu ngutang untung beli-beli sesuatu yang sebenarnya tidak perlu amat, kan hati tentram kalau ngga ada hutang wink emoticon
Jadi teringat almarhum Mursyid suka menasihati murid-muridnya, "Kalau ngga punya uang, jangan jalan-jalan ke mall."
Melihat sesuatu itu menimbulkan keinginan, kalau keinginan itu diproses terus di dalam pikiran, dari karsa timbul jadi karya - dan sedemikian rupa dicari-cari jalan untuk mendapatkan barang impian, walau memaksakan diri - karena sebenarnya uangnya nda ada, tapi kata si hawa nafsu "kan bakal gajian bulan depan!" ambil aja cicilan 6 bulan dst dst...dan tanpa sadar kita sudah menjadi budak dari konsumerisme. Beranjak dari satu produk ke produk lain, heboh luar biasa kalau ada produk baru, rasanya belum pol kebahagiaan kalau belum mendapatkan barang yang dimaksud. Yes, it's the rat race of modern society. Keep running, keep spending money and go on...and go on...
Melihat sesuatu itu menimbulkan keinginan, kalau keinginan itu diproses terus di dalam pikiran, dari karsa timbul jadi karya - dan sedemikian rupa dicari-cari jalan untuk mendapatkan barang impian, walau memaksakan diri - karena sebenarnya uangnya nda ada, tapi kata si hawa nafsu "kan bakal gajian bulan depan!" ambil aja cicilan 6 bulan dst dst...dan tanpa sadar kita sudah menjadi budak dari konsumerisme. Beranjak dari satu produk ke produk lain, heboh luar biasa kalau ada produk baru, rasanya belum pol kebahagiaan kalau belum mendapatkan barang yang dimaksud. Yes, it's the rat race of modern society. Keep running, keep spending money and go on...and go on...
Sementara di ujung gang becek tak jauh dari rumah kita, ada si miskin yang memutar otak dan membanting tulang sedemikian rupa sekadar memikirkan makan apa besok, bisa bayar uang sekolah anaknya bulan depan atau bagaimana caranya menebus resep yang tidak ditanggung oleh pemerintah.
Bukannya nda boleh menikmati hasil jerih payah sendiri. Tapi jangan lupa di dalam harta kita juga ada hak si miskin yang sedang menanti uluran tangan.
Lebih banyak berbagi, semoga hati dan keluarga menjadi lebih tentrem...
Lebih banyak berbagi, semoga hati dan keluarga menjadi lebih tentrem...
No comments:
Post a Comment