Beberapa hari setelah almarhum ayah saya dikebumikan saya menemukan buku catatan harian beliau yang tersimpan rapi di atas meja kerjanya. Air mata tak terasa mengalir saat saya membuka lembar demi lembar yang tertera tulisan beliau yang sangat rapi, saya usap tulisan itu untuk merasakan kedekatan dengan ayah saya yang telah melanjutkan perjalanan ke alam lain. Cinta saya untuk beliau demikian besar sehingga hati bergetar hanya dengan melihat tulisannya.
Demikianlah reaksi sang pecinta terhadap apapun yang berkaitan dengan mereka yang dicintainya. Maka jangan heran bila seseorang masih menyimpan surat cinta kekasihnya dan menyimpannya dalam tempat yang indah bahkan dibubuhi wewangian dan setiap kali ia akan membacanya tak lupa dibubuhinya surat itu dengan sekecup ciuman mesra.
Melalui proses mencintai seseorang itulah kita sebenarnya belajar untuk mencintai Dia yang lebih layak untuk dicintai dan diberikan cinta dan hati kita seratus persen. Saya baru bisa memahami mengapa Guru saya suatu kali pernah berkata "Kalau terjadi kebakaran di rumah saya, maka benda yang pertama kali saya selamatkan adalah Al Qur'an."Saat itu saya yang merupakan murid tengil hanya bisa tidak setuju dalam hati karena pikir saya bukankah kita bisa membeli Al Qur'an yang baru yang dijual banyak di toko buku? Yah itulah saya yang masih jauh dari mencintai Al Qur'an apalah lagi mencintai Allah. Belum memahami dan merasakan kecintaan yang demikian besar dari Guru saya kepada-Nya sehingga firman-Nya yang terukir segar dan tersusun rapih dalam mushaf merupakan harta berharga yang merupakan jejak kata-kata Sang Kekasih.[]
No comments:
Post a Comment