Setiap kali ada petugas pengumpul sampah saya membawa anak-anak saya melihat proses bagaimana bak-bak sampah itu dimasukkan dengan praktis ke dalam truk dengan bantuan mesin dan sedikit tenaga manusia untuk mendorong bak sampah ke dekat mesin yang menempel di belakang truk sampah.
Elia yang selalu tertarik melihat proses yang berbau mekanik senantiasa loncat kegirangan melihat proses tersebut sedangkan adiknya di belakang melongo melihat tingkah polah kakaknya. Kemudian setelah para petugas sampah itu hendak pergi anak-anak saya ajarkan untuk berucap terima kasih yang selalu disambut dengan senyum mengembang dari para petugas.
Anak-anak harus diajari bahwa setiap manusia mempunyai fungsi dalam pemakmuran bumi ini, ada yang memang dimudahkan membersihkan jalanan, ada yang bertanam tumbuhan, ada yang berternak, ada yang jago memasak, ada yang pandai mengajar, ada yang otaknya encer untuk membuat formula kebijakan dalam masyarakat. Apapun itu setiap profesi adalah mulia sepanjang dilakukan dengan ketaqwaan. Artinya, lebih baik jadi tukang sampah tapi menjalankan dengan hati ikhlas dan dengan menyertakan Dia daripada duduk di posisi tinggi dengan bergelimang kemewahan dan dipandang terpandang oleh kebanyakan manusia akan tetapi ditunggangi oleh nafsu syahwat semata.
Anak-anak harus memahami konsep sebuah kesuksesan bukan diukur dari kacamata kebanyakan manusia ataupun decak kagum mereka, tapi sejauh mana hal itu bisa membawa mereka mendekat hatinya kepada Sang Pencipta. Memang tidak mudah karena ibarat melawan arus kebanyakan orang, dibutuhkan keberanian luar biasa untuk sekadar memulainya.
Laa hawla wa laa quwwata illaa billah...
No comments:
Post a Comment