Saat mengingat bahwa setiap titik air hujan dibawa oleh satu malaikat untuk disimpan di lokasi yang telah ditempatkan jadi termenung bahwa setiap mainan anak-anak lelakiku yang berceceran di rumah tentunya bukan sekadar karena telah mereka mainkan. Adalah Dia di balik segala sesuatu yang termanifes di dunia ini, tidak ada satu butir atom pun yang berada di luar kendali dan pengetahuan-Nya.
Bagi saya, sekeping kesadaran ini sangat menggugah jiwa, menjadi lebih menghargai apapun yang dihadirkan di hadapan kita. Bagi saya misalnya, harus membereskan keping demi keping mainan yang kecil-kecil untuk dikembalikan ke kotaknya, kadang memunguti mainan yang tersebar di bawah sofa, dekat dapur atau bisa jadi di tempat yang tidak terduga seperti di dalam sepatu dan pernah di dalam kotak suara gitar, serta merespon keinginan anak untuk bermain saat si emak sedang asyik menerjemahkan buku. Semua bisa menjadi sarana dzikir, menyambungkan hati kita dengan Dia yang menciptakan adegan demi adegan dalam hidup.
Jurus yang sama bisa diterapkan oleh siapa pun untuk menerjang kelelahan dan kebosanan rutinitas karena seolah-olah harus menapaki kehidupan yang itu-itu saja. Di setiap kemacetan yang kita harus terjang, saat berpapasan dengan pak satpam di pagi hari - yang kerap luput kita sapa, melempar senyum dan sapa kepada petugas tol yang setiap hari harus menghisap polusi sedemikian rupa, sekadar menanyakan kabar kepada office boy yang sering kita minta tolong untuk membelikan makanan, dan masih banyak lagi.
Dengan menghargai setiap fenomena yang dihadirkan kita menjadi lebih menghayati hidup itu sendiri dan tentunya makin bahagia. Ternyata bahagia itu sederhana...
No comments:
Post a Comment