"Commitment is an act, not a word."
- Jean Paul Sartre
Kisah cinta selalu menyentuh hati dan menuai inspirasi, salah satunya adalah kekuatan komitmen dan kemauan kuat yang menggerakkan sang pecinta untuk melakukan apapun, menempuh apapun dan menerjang apapun demi bersama sang kekasih.
Kekuatan kuat dan kesungguh-sungguhan (azman) ini baru terlihat saat dilebur dalam bara ujian. Karena sangat mudah untuk berkoar-koar "i love you" atau aku sayang kamu pada saat kondisi keuangan stabil, semua tercukupi dan konflik relatif teratasi. Namun jika ungkapan sayang yang sama masih terucap saat sebuah pasangan telah melalui badai yang hampir menghempaskan mereka, saat itulah kesungguhan cintanya nampak. Bagi orang tua yang anaknya baik, nurut, dan sehat-sehat saja sangat mudah untuk mencintai makhluk-makhluk lucu itu, akan tetapi saat anak ngadat, sakit, rewel dan bahkan membangkang dan orang tua masih bisa menghadapi dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, maka ternampakkanlah kadar cintanya.
Tuhan pun demikian kepada hamba-hamba-Nya, bukan suatu kebetulan atau semata-mata 'gara-gara Hawa atau Iblis' bahwa Adam a.s. diturunkan ke muka bumi, bukankah semenjak awal rencananya adalah "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah "(QS Al Baqarah [2]:30). Adam a.s. makhluk sempurna yang dianugerahi sekian banyak pengetahuan yang membuat para malaikat sujud memang harus menempuah episode kehidupan dunia yang jauh berbeda dengan kenyamanan surgawi yang pernah dinikmatinya. Di surga makanan datang sendiri, Adam tidak perlu susah payah untuk sekadar makan, surga adalah tempat yang damai, aman tentram jauh dari konflik dan peperangan. Tapi semua itu tidak bisa menumbuhkan suatu kualitas yang hanya bisa ditumbuhkan di atas tanah yang penuh prahara dan keguncangan, tanah bumi. Dan kualitas yang ditumbuhkan adalah kemauan kuat tadi.
"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu) dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat (azman)."(QS Thaaha [20]:115)
Seorang Adam a.s. yang dikaruniai pengetahuan setinggi langit pun ternyata dapat relatif mudah digelincirkan oleh tipu daya Iblis untuk melanggar perintah Tuhannya yang tidak memperbolehkan mendekati bahkan memakan buah dari pohon Khuldi semata-mata karena belum terbentuk kemauan yang kuat dalam diri Adam a.s. pada saat itu, suatu kualitas yang kelak beliau akan raih saat melalui masa-masa perjuangan panjang di muka bumi.
(Terinspirasi dari tausiyah Kang Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyyah yang disampaikan 6 Februari 2016.)
No comments:
Post a Comment