Wednesday, February 3, 2016

Sometimes Being Mom Is Simpy Being Tired

Tiga hari ini kondisi fisikku hampir di titik nadir, diawali dengan nyeri tenggorokan dan diikuti menggigil dan batuk-batuk dan pilek yang menghasilkan mucus kuning kehijauan (ewww).
Oh, sungguh ini salah satu tantangan saat kita tinggal di luar negeri, karena kalau kita butuh a day off di hari kerja maka solusinya ada meminta bantuan oppas atau gastouder, seseorang yang kita percaya untuk menjaga anak-anak dan itu tidak murah, harganya berkisar 4-5 euro per jam per anak.

Anak saya yang besar usianya 3,5 tahun, dia sedang gencar tahap kedua toilet training sejak dua hari lalu, dengan konsekuensi si emak membersihkan bekas pipis dan pup yang kadang masih belum pada tempatnya, so it is an additional stress for me. Anak bungsu yang usianya 1 tahun 9 bulan masih sangat lekat sama mamanya, mama bergerak sini dia ikut, mama duduk dia menghampiri dan minta digendong, sometimes i just need a space. Untunglah saat papanya anak-anak pulang i can buy that space, a very short one, saat mandi sementara anak-anak main diawasi papanya.

Today, i was thinking of raising a white flag, pengen pulang ke Indonesia sementara untuk recovery, secara di sana anak-anak banyak yang ngasuh, tapi ya pertimbangannya terlalu banyak: biaya, waktu, anak-anak bakal jauh sama papanya karena kalau bepergian keluar minimal 1 bulan dan tentu siapa yang akan menemani saya menjaga anak-anak menempuh perjalanan Amsterdam-Jakarta yang kadang bisa lebih dari 20 jam ? Too risky...Saya pun mengendapkan lagi keinginan mudik yang kerap naik-turun itu.

Now, back to present moment...
Mencoba menguatkan diri, melihat kelakuan anak-anak yang lucu sangat-sangat membantu.
Yah anak-anak, dunia mereka hanya bermain dan penuh keceriaan serta kepolosan, Elia yang sudah mulai mengerti mamanya sakit, karena saat saya batuk-batuk gledek dia mulai concern dan bertanya "Kenapa mama?" Saat saya bilang sakit dia cekatan bilang, "Ik ben dokter Elia"(saya dokter Elia) dan pura-pura menempelkan kepingan mainan Legonya seolah-olah sebagai stetoskop, kemudian dia menyodorkan tangan mungilnya sambil berkata, "Hier is medicijn..."(ini obatnya) sambil disuapkan ke mulut mama. Wuih rasanya langsung sembuh badan ini, well at least for temporary.

So, for them i stay strong and will always be strong,
Anak-anak laki-lakiku masih kecil dan masih butuh kehangatan dekapan ibu dan kasih sayang yang intens dari perempuan tempat raga mereka diinkubasi 9 bulan lamanya sebelum memasuki alam dunia. Saya terinspirasi saat membaca kisah Bung Karno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams, disitu digambarkan betapa kasih sayang ibunda Sukarno menyelimuti Sukarno dan menjadi tanah yang subur untuk pertumbuhan bibit jiwa sang Putra Fajar.

Per hari ini saya dititipi amanah dua anak laki-laki untuk diurus sehari-hari, tidak saja raganya dirumat tapi juga menjaga fitrah jiwanya, sungguh tugas yang tidak mudah, sangat-sangat butuh pertolongan Allah. Karenanya setiap malam, ritual mengantar anak-anak tidur adalah saya bacakan Al Falaq, An Naas, Al Ikhlas, Surat Al Baqarah (5 ayat awal, ayat kursi, dan 3 ayat akhir),Al Fatihah serta shawalat diakhiri dengan pernyataan untuk menyerahkan kehidupan anak-anak sepenuhnya dalam pengawasan Sang Maha Kuasa, "Ini anak-anak-Mu Tuhan, hamba serahkan kehidupan mereka sepenuhnya dalam penjagaanmu."

Malam hari, satu-satunya saat tenang saya setelah berjibaku dengan anak-anak seharian, sayangnya kondisi fisik saya juga kadang ngga bisa catch up untuk bisa terus terjaga mengerjakan terjemahan, atau serangkaian shalat sunnah, i'm just a human being with a limited energy. But, i'll do my best, each and every day.
Kelelahan itu, kekesalan, kepenatan semua diterjang demi cinta saya sama anak-anak,
Sebagai perwujudan cinta saya kepada Dia yang menitipkan mereka.
I accept my fate, that sometimes being mom is simply being tired.
And i'm okay with it! ;)

Amsterdam, 3 Februari 2016
15.44

No comments:

Post a Comment